Jumat, 24 Januari 2014

belum jadi

Ara tak seharusnya menanyakan itu, sesuatu yang bodoh yang bisa menghancurkan keluarganya. Seharusnya dari awal Ara tak perlu mengetahui rahasianya. Rahasia ayahnya. Dan seharusnya sejak awal Ara tak perlu bersikap sok tau, Ara tak seharusnya selalu ingin tahu urusan pribadi orang lain, terutama keluarganya. Memang dari awal keluarga ini tak ada kehangatan di dalamnya, mereka terlalu sering bersandiwara. Tampak dari luar mereka bahagia, dan terlihat harmonis, membuat orang disekelilingnya merasakan cemburu. Kadang mereka tampak hina di mata masyarakat, namun sekali lagi itu tak terbukti. Ara mencoba mengubah segalanya dalam keluarganya, berharap musim salju di hidupnya menjadi musim semi. Tapi itu hanya impian belaka yang tak menjadi kenyataan. Harapan itu terlalu tinggi baginya, hingga sayap untuk terbang menggapai impiannya patah sebelah. Membuat dirinya jatuh diantara tebing-tebing. Keras dan meleburkan dirinya.
Suatu malam Ara bertanya pada hatinya, 'apa yang kau inginkan saat ini?, tahukah dirimu ayah, jika aku sekarang terluka karenamu, kalimat yang kau ucapkan, bahwa dirimu akan setia , ternya tak terbuktikan'. Setiap hari aku merindukan sosokmu, yang pasti kembali. Berdiri di depan pintu rumahku, dan mengatakan, 'ayah kembali, ayah ga akan pergi lagi'. Apa hal itu mungkin terjadi dihdupku, ayah??.

Dia sang embun pagi yang menetes untukku
Menimbulkan kesejukan pada kehidupanku
Membawa warna kedamaian dalam duniaku
Aku berharap Ia menyapaku di kala sedih melilitku
Ia memelukku dalam dekapan nyata
Ketika aku merasa kelu beku
Kau tetap menyayangku di kala aku tak tahu
Harapanku semoga namaku mengucur dalam do’amu setiap waktu
Dan kamu yang merelakan waktu untukku selalu

Sabtu, 18 Januari 2014

Salah Paham

18 januari 2014, at 06.02
Lagi-lagi mereka salah faham, terutama Febri dan Alya. Ara, Febri, dan Alya, satu kelompok dalam tugas make game education for math. Kemarin waktu demo software game buat uas, ada kesalahan teknis,, Ara panik, dia jadi grogi, bingung, waktu ngomong ke dosennya juga, suara Ara makin lama makin kecil. Tapi mau gimana lagi, namanya juga grogi. Tapi yang Ara sesalkan adalah dia kesel ke Ara, karena Ara jadi terburu-buru. Why ?? What's wrong about nervous?? Apa karena Ara mendesak Febri buat yang ngomong ke dosennya ?? Apa karena itu ?? Atau apa karena Ara tak bantu mengcoding gamenya ?? Ara tau, dia memang salah, dia tak menguasai pengkodingan di C#. Ara minta maaf. Cuma itu yang bisa Ara lakukan, Ara tahu, jembatan penghubung antara mereka semua dengan Ara semakin berkabut, dan sulit ditemukan, sekalipun Ara membawanya ke mereka, tapi jembatan itu semikin berat buat untuk dibawa Ara. Ara minta maaf. Febri bilang, 'wajahmu itu tak mempercayakan, maka dari itu jadi sulit', apa karena itu ??
Seperti pagi ini, ceritanya sekarang lagi di kos Ara, saat Febri disuruh pulang sama keluarganya, karena dia mau pulkam. Alya juga mau pulkam, tapi masih sekitar 1-2 jam lagi, sekarang ja 6, nah si Febri disuruh pulang paling telat jam 7. Niat hati Ara mau nganter naik motor sampai rumahnya biar cepet, dari pada naik angkot itu lama. Tapi dia ngambil sepatu di kos Alya. Nah, pikir Ara biar cepet dan gak bolak-balik, dia ngambil sepatunya dianter Alya, sekalian Alya biar beres-beres, terus balik lagi ke kos Ara, dari kos Ara, Febri dianter ke rumahnya. Bukankah itu lebih cepet?? daripada dia telat pulkam. Ara udah nganggap Alya, Febri, juga 5 orang lainnya seperti saudaranya. Ara akan melakukan apapun asal mereka semua bisa tersenyum, jika Ara mampu.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, Ara jadi kesel karena dia malemnya susah tidur, makanya pagi ini moodnya gambang berubah. Makadari itu, saat mereka bilang gitu, Ara jadi kesel, Ara ga sengaja bilang, 'yaudah yaudah,, ayoh berangkat, tak anter'. Mau dikatakan apa lagi ?? mereka malah salah paham, terutama Febri, dia malah mengira Ara marah, padahal Ara gak bermaksud ngomong gitu. Sekarang Ara hanya bisa minta maaf. Semoga saja dia tau ini.

Kamis, 09 Januari 2014

Tersadar

Today feeling happy, apalagi waktu kemarin. Pas tisam di radio EBS FM. Yups, radio itu tempat bagi Ara buat curcol kalau tiap malem jam 23.00-01.00 dini hari. Akhir-akhir ini Ara denger cerita kalau ada cowok yang rela melakukan apapun buat si cewek. Jadinya Ara tambah sering keinget, malah Ara sering tidur malam gara-gara kepikiran dia terus. Dia sosok laki-laki yang pernah mengisi salah satu ruang di hatinya. Dia sosok yang begitu berharga bagi Ara, tapi sekarang dia begitu tak terjangkau bagi Ara. Pernah Ara bertemu dengannya di salah satu mall di Surabaya, Ara bilang,'ey Ga..', tapi yang disapa hanya diam saja dan berlalu. Seingat Ara dia tak pernah seperti itu, apalagi nyuekin Ara. Tapi sekarang keadaan begitu berbalik, sekalipun Ara ada di depannya, dia tak penah menganggapnya.

Bukankah tak pernah ada rasa yang salah, bukankah cinta yang hadir di hidupnya tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Apa Ara salah kalau Ara telat menyadari bahwa sebenarnya di mencintainya, bukan membencinya seperti yang dikatakan Ara pada Ega dulu. Dilihat dalam posisi itu, mungkin Ara memang melakukan salah, dia khilaf telah mengatakan kalau dia tak menyukai Ega. Tapi sekarang, apakah ada kata maaf dari Ega buat Ara??

Dimana ada aktivitas, pasti timbul cerita yang bisa dirangkai, mengalir tenang tanpa ada yang menyadari aktivitas itu adalah drama yang bisa dimainkan, drama yang bisa menyimpan sebuah misteri kehidupan. Drama di kehidupan Ara begitu sunyi tanpa kehadiran Ega. Ara masih mengingat dengan sangat jelas semua masa-masa dengan Ega, apalagi ketika Ara bersamanya saat hujan turun rintik-rintik. Kini Ara terbawa dalam putaran angin memori terindah bersamanya.

Ketika putaran angin kenangan tak berhembus, Ara terjatuh di antara tebing-tebing kesunyian. Karena Ega menghilang tak berbekas.

Memang benar, Ara tak pernah sadar bahwa ternyata sosoknya perlahan menyusup dalam lubang terdalam di hatinya, mengobati luka yang telah tercipta. Dahulu Ara tak ingin menyerahkan kunci hatinya pada siapapun, namun dia terlambat. Ara telah menjatuhkan kunci itu untuk Ega, sekarang Ega telah pergi menyisakan puing-puing kerinduan.

Ara ingin marah, melampiaskan semua kekesalannya karena Ega. Tapi apa Ega tau??, Ara memang ingin melakukan itu, tapi Ara tak pernah bisa, Ara begitu sulit membenci Ega, karena dia begitu mencintainya. Kini yang tersisa hanya kekecewaan Ara, keputusasaannya menanti hadirnya Ega. Ara ingin meminta maaf beribu maaf, karena Ara baru menyadari rasa ini, rasa cintanya pada Ega.

Kamis, 02 Januari 2014

Tak Faham

Ara tak pernah mengetahui apa itu persahabatan, teman, cinta, pacar, saudara. Ara selalu merasa sendiri di dunia ini. Orang-orang bilang, mereka udah tak ada kontak dengan Ara, what the reel problem?? Ara tak paham. Setiap kali Ara mencoba mengkomunikasikan sesuatu, selalu tak ada jembatan. Itu kata mereka. Apa Ara ini bukan golongan mereka ?? itu yang terpikir olehnya saat ini. Dulu Ara selalu membeli seorang teman, sahabat, cinta, pacar, saudara, bahkan orang tua.
Yes,, that's right. Jadi, Ara tak pernah tahu hal tersebut seperti apa. Namun, ketika dia bertemu tujuh orang itu, Ara merasa aneh. Ara tak tahu harus melakukan apa. Tapi tanpa Ara sadari, dia telah memasukkan mereka dalam hidupnya tanpa harus membeli mereka. Ara menganggap mereka teman dan juga saudaranya, bagian dari dirinya yang harus dilindungi. Saat mereka bilang, "eh, aku pingin ini, ayok kesana", lalu Ara ikut.
Namun, tetap saja semua kembali seperti semula, Ara tak mengerti harus melakukan apa untuk mengubah jembatan itu agar bisa mereka bisa melewatinya. Ara juga tak tau, mereka menganggap dirinya apa. Lagipula, sepertinya banyak dari kehidupan Ara yang berbeda dari mereka. Ara bukanlah sesuatu yang sempurna.

Ara ingat...Cara mereka membaca tiap buku mata kuliah masing-masing.
Ara ingat...Cara mereka bercanda, apalagi mengenai pacar.
Ara ingat...Cara mereka menangis, ketika orang yang mereka sukai tak menghiraukan panggilannya, tak melihatnya walau dia di depan mereka.
  Ara ingat...Cara mereka mengirim surat curhat saat bosan mendengar ocehan dosen.
Ara juga ingat...Cara mereka makan dan minum di foodcourt atau kos atau juga di bosem kampus Ara kuliah atau saat mereka bepergian bahkan ngemil di kelas.
Ara juga ingat...Cara mereka melirik Ara, apalagi kalau Ara keceplosan.
 Ara masih ingat...Ketika mereka berteriak mempromosikan produksinya,
Ara masih ingat...Ketika mereka menari dan bernyanyi dalam melepas penat.
Ara masih ingat...Semua tawa bersama, semua keinginan yang dibuat, di dalam gedung bertingkat,
Dan Ara selalu ingat...Cara mereka bertujuh tersenyum pada Ara,
YA, ARA SELALU INGAT
ITU.

TAPI, APA MEREKA MENGINGAT ARA ??
BUKANKAH MEREKA BINGUNG JEMBATAN APA YANG ARA MILIKI.